Kerja keras Senja menjadi siswa berprestasi membuahkan hasil. Dia diterima di UNY melalui Seleksi Nasional Masuk Perguran Tinggi Negeri (SNMPTN) 2014, bahkan mendapat beasiswa bidikmisi dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti).
"Ayah sudah siap berhutang untuk biaya kuliah. Yang bisa dijangkau oleh orangtua, akan dibiayai," ujarnya disitat dari laman UNY, Jumat (4/3/2016).
Senja menceritakan, sejak SMP sudah ditinggal ayahnya, Sarkim, yang merantau ke Makassar dan bekerja sebagai penjaga toko. Gadis kelahiran 9 Februari 1997 itu tinggal bersama sang ibu, Wahyuti, di Kebumen. Sejak SD, dia selalu membawa kudapan atau makanan kecil untuk dijual di sekolahnya, SDN 1 Sempor.
Kini, Senja menjadi mahasiswa rantau yang hidup sendiri di Yogyakarta. Kendati demikian, dia tak pernah mengubah pola belajarnya. Setiap hari, Aktivis Himpunan Mahasiswa Biologi FMIPA itu belajar antara pukul 18.00 hingga 21.00. Hasilnya, Senja berhasil meraih IPK 3,85.
"Sejak sekolah, orangtua selalu membelikan buku-buku yang membuat saya termotivasi belajar. Orangtua selalu menekankan bahwa pendidikan harus selalu dikejar," tuturnya.
Warga Desa Sempor, Kabupaten Kebumen itu menambahkan, sejak masuk semester tiga tugas kuliahnya semakin banyak. Dia pun harus pandai mengatur waktu untuk mempertahankan prestasinya tersebut. Manurutnya, setiap ada tugas harus langsung dikerjakan sehingga tidak menumpuk.
"Tidur tiga jam per hari itu sudah biasa. Setelah sholat magrib mengerjakan tugas hingga selesai. Saya ingin ke depan bisa studi ke luar negeri melalui beasiswa LPDP," tutup mahasiswi yang juga aktif di UKM Penelitian UNY tersebut.
*Okezone.com